Puasa Sehat dan Menyenangkan Bagi Anak



Pengalaman menjalankan puasa yang dilakukan orang dewasa dan orang tua akan menjadi sebuah proses pembelajaran bagi anak-anak yang pada waktunya akan memulai ibadah serupa dengan mencontoh apa yang telah dilakukan orang tua mereka.

"Pendidikan agama, termasuk pendidikan puasa harus dilaksanakan sedini mungkin,
yaitu sejak usia balita dan pra sekolah dengan membuat suasana berpuasa di lingkungan hidup anak pada hari-hari puasa," kata Hanny Muchtar Darta, Chief of Children Supporter PT Radani Tunas Bangsa Emotional Intelligence (EI) Center.

Pendekatan secara positif untuk mengenalkan puasa kepada anak-anak bisa dimulai pada usia dini dengan menciptakan suasana berbeda dengan hari-hari biasa misalnya dengan mengubah waktu ibu memasak di dapur dari pagi hari menjadi siang atau sore hari, tidak menempatkan makanan matang di meja makan, orang dewasa yang berpuasa menolak ditawari makanan atau minuman.

Menurut Hanny pada tahap memperkenalkan anak usia dini atau pra sekolah untuk berpuasa, maka hindari kata-kata negatif, ancaman serta kata-kata atau perbuatan yang membuat anak menjadi takut.

"Pengalaman baru sebaiknya disesuaikan dengan perkembangan anak dan untuk kebaikan anak".

Sebagai contoh, mengajak anak mendengarkan percakapan orang-orang di sekitarnya mengenai puasa, menciptakan suasana kesibukan ibu memasak dan menyiapkan makanan berbuka puasa di sore hari, suasana waktu berbuka puasa, pergi tarawih ke masjid atau tarawih sekeluarga di rumah, suasana pada waktu bangun sahur, menciptakan suasana puasa itu sendiri, yaitu tidak ada makanan dan minuman di siang hari.

Pendekatan tersebut sebaiknya dilakukan orang tua untuk memperkenalkan pengalaman baru terhadap anak-anak khususnya anak usia pra sekolah agar menjadi kebiasaan baik.

Dengan mengekspose anak dengan berbagai pengalaman baru merupakan stimulasi yang baik dalam membantu perkembangan otaknya karena akan semakin banyak jaringan otak anak yang terbentuk yang membuat anak juga semakin cerdas.

"Untuk mengekspos anak pra sekolah misalnya dalam melakukan ibadah puasa perlu diingat bahwa anak pra sekolah belum wajib, dan kegiatan ini merupakan tahap mempersiapkan anak dan melatih anak ketika dia sudah wajib melakukannya ketika mencapai usia akil balig," katanya.

Anak-anak pra sekolah masih dalam proses tumbuh kembang sehingga harus dipastikan kegiatan puasa ini tidak mengganggu proses tumbuh kembang anak-anak.

"Pada proses ini kita juga mengajarkan anak kecerdasan emosi, dan pengalaman berpuasa merupakan stimulasi untuk mengembangkan kecerdasan emosi anak," katanya.

Penelitian tentang tema "Mengajar anak Anda untuk menunda keinginannya sejenak" (Delay Gratifications), menyatakan bila orang dewasa mengajarkannya sejak dini maka hal ini akan membantu perkembangannya.

Sementara penelitian yang dilakukan Dr. Mischel Walter (1970) di Stanford University, anak-anak diberikan dua pilihan, boleh mengambil marshmellow satu saat itu juga atau akan dapat dua jika mereka dapat menunggu beberapa menit.

Ternyata, anak-anak yang bisa menunggu untuk mendapatkan dua, score hasil SAT nya 200 point lebih tinggi juga secara emosi maupun sosial lebih matang dan lebih baik kehidupannya dibandingkan dengan mereka yang tidak dapat menunda.

Bagaimana memperkenalkan awal menjalankan puasa bagi anak-anak usia pra sekolah? Pendekatan yang bisa dilakukan orang tua, menurut Hanny, dengan memperkenalkan istilah sahur dan berbuka puasa.

"Sahur bisa dilakukan pada pagi hari sebelum berangkat ke sekolah, dan selama di sekolah selama dua jam misalnya, anak berpuasa dan tiba kembali di rumah dia berbuka lagi. Sehingga anak hanya menunda makan makanan bekal ke sekolah saja," katanya. Orang tua dan orang dewasa di lingkungan sekitar anak memiliki peran besar untuk mendukung pemahaman anak tentang makna berpuasa, sehingga dibutuhkan tahap demi tahap agar tujuan yang diharapkan tercapai.

"Mulailah dengan menjelaskan kepada anak apa itu ibadah puasa dalam bahasa yang ringan dan bermakna positif. Sebaiknya orang tua menghindari kalimat "tidak boleh makan" tetapi gunakan istilah "nanti kita akan makan sore hari setelah terdengar bunyi azan dan bedug dari masjid".

Menurut Hanny, menghilangkan kata-kata: tidak dan jangan saat berbicara pada anak bertujuan untuk menghindari kesan otoriter dan pemaksaan anak. Selain itu, orang tua dan orang dewasa bisa memperkenalkan anak-anak dengan cerita-cerita seputar Ramadhan tentang pahala yang dilipatgandakan.

Orang tua juga bisa mengajarkan bahwa alat pencernaan kita juga butuh istirahat karena sepanjang tahun selama 11 bulan bekerja tanpa istirahat. Untuk memudahkan perlihatkan anak gambar alat pencernaan yang bergambar.

Jika memungkinkan sampaikan juga pada anak yang terpenting adalah menjaga kesehatan dan jika seseorang merasa tidak sehat diperbolehkan untuk membatalkan puasa dan menggantinya nanti.

Sementara, pada anak-anak yang telah siap menjalankan puasa, bisa dilakukan dengan menyiapkan makanan dan minuman yang digemari anak dan bangunkan anak dengan menyebutkan jenis makanan kesukaan yang sudah disiapkan.

Ibu bisa membisikkan: "Kakak Rafi, buah mangganya sudah ibu kupas, bangun yuk" atau "Bang Idham susu dengan sirup lecinya sudah siap, yuk diminum." Atau "Mas Adji sholeh, salad buahnya sudah ibu siapkan, yuk dicobain".

Pastikan anak mendapatkan cairan dari minuman juga air mineral agar terhindar dari dehidrasi.

Lebih lanjut Hanny mengatakan, saat anak-anak tengah menjalankan puasa, orang tua selalu cek keadaan anak, seluruh keluarga harus bekerjasama dengan baik dan mendukung. Misalnya hindari menyimpan makanan yang menarik perhatian anak.

"Persiapkan makanan berbuka yang menarik anak. Jam puasa sesuaikan dengan anak misal untuk anak pra sekolah bisa saja antara 2-4 jam kemudian berbuka dengan makan ringan dan makanan berat dan setelah itu berpuasa lagi. Juga sampaikan kepada guru jika anak sedang belajar berpuasa sehingga guru akan mendukung," katanya.

Hanny mengingatkan, memperkenalkan puasa sebagai bagian dari ibadah harus disertai dengan pengayaan melalui sarana pelengkap lainnya seperti buku cerita dengan pendekatan positif yang penuh dengan gambar dan bacakan dengan penuh antusiasme.

"Ketika hari pertama tiba, berikan pujian secara langsung dan spesifik atas perilaku positif yang telah ditunjukkannya sehingga dia merasa dihargai, merasa nyaman dan semakin merasa percaya diri dalam melakukan kegiatan barunya sebab banyak orang tua tidak sampai hati menyuruh anaknya berpuasa, karena takut kurus atau sakit," katanya.

Tindakan orang tua yang membiarkan anaknya tidak pernah terlatih melakukan puasa atau sengaja tidak mau menyuruh atau melatih anak berpuasa karena kasihan kepada anak, merupakan sikap yang seharusnya dihindari.

"Mempersiapkan puasa kepada anak selagi dini sudah selayaknya dilakukan orang tua yang menginginkan anak-anaknya menjadi generasi berakhlak mulia".



Responses

0 Respones to "Puasa Sehat dan Menyenangkan Bagi Anak"

Posting Komentar

 

Categories

sponsor mini banner

Sponsor


ShoutMix chat widget
Widget by blogger Tune-Up

Site Info

PageRank
Return to top of page Copyright © 2010 | Platinum Theme Converted into Blogger Template by HackTutors